Sabtu, 26 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM FARFIS TONISITAS



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang
Dalam profesi kita sebagai farmasis tentu saja kita akan selalu dihadapkan dengan obat-obatan dan cara pemakaiannya serta bagaimana mengatur obat-obatan yang harus digunakan oleh pasien serta harus mampu mempersiapkan obat yang sesuai dengan yang di anjurkan, persiapan tentang cara pemberian obat dan observasi secara tepat terhadap cara obat-obatan tersebut bekerja. Dengan kata lain, seorang farmasis dapat berkolaborasi dengan dokter yang memiliki pengetahuan yang memadai dalam bidang ini.
Sediaan farmasetik berair yang ditujukan untuk penggunaan pada aliran darah, mata hidung atau usus umumnya dibuat agar memiliki tone atau tonisitas yang diinginkan berkaitan dengan cairan biologis yang dituju.
Menurut hukum fisika, jika dua larutan ditempatkan pada setiap sisi membran semipermeabel, pelarut akan melewati membrane dari larutan yang lebih encer menuju larutan yang lebih pekat untuk menyeimbangkan konsentrasi. Proses ini dikenal sebagai osmosis, dan tekanan yang bertanggung jawab untuk gerakan pelarut itu disebut tekanan osmosis.
Tekanan osmosis efektif suatu larutan beragam, tergantung pada zat terlarut yang ada. Jika zat terlarut adalah suatu nonelektrolit, larutannya hanya mengandung molekul yang tak terionisasi dan tekanan osmosis hanya ditentukan oleh konsentrasi zat terlarut. Jika zat terlarut adalah suatu elektrolit larutannya akan mengandung ion dan tekanan osmosis ditentukan tidak hanya oleh konsentrasi zat terlarut tetapi juga oleh tingkat disosiasinya. Zat terlarut yang terdisosiasi memiliki jumlah partikel yang relatif lebih besar dalam larutan dan menghasilkan tekanan osmosis lebih besar daripada molekul-molekul terdisosiasi.
B.      Maksud praktikum
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami peristiwa osmosis pada kentang serta menghitung jumlah bahan pengisotonis yang ditambahkan untuk membuat larutan isotonis.
C.      Tujuan praktikum
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1.     Mengamati peristiwa osmosis
2.     Menghitung jumlah bahan pengisotonis yang ditambahkan untuk membuat larutan isotonis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.      Teori umum
Sifat koligatif  adalah sifat larutan yang hanya bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut, dan bukan pada jenisnya (Estien, 2006).
1.   Penurunan tekanan uap
Apabila suatu zat cair (sebenarnya juga untuk zat padat) di masukkan ke dalam suatu ruangan tertutup maka zat itu akan menguap sampai ruangan itu jenuh. Pada keadaan jenuh itu terdapat kesetimbangan dinamis antara zat cair dengan uap jenuhnya. Tekanan yang ditimbulkan oleh uap jenuh itu disebut tekanan uap jenuh. Besarnya tekanan uap jenuh bergantung pada jenis zat dan suhu zat yang memiliki zat tarik menarik antara partikel relatif kecil, contohnya garam, gula, glukol, gliserol, sebaliknya zat yang memiiki gaya tarik menarik antara partikel relatif besar, zat seperti itu dikatakan mudah menguap, contohnya etanol dan eter. Tekanan uap jenuh  suatu zat akan bertambah jika suhu dinaikkan (Sumardjo, 2009).
2.   Kenaikan titik didih
Titik didih suatu cairan adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh itu sama dengan tekanan udara luar. Biasanya yang dimaksud dengan titik didih adalah titik didih normal, yaitu titik didih pada tekanan udara luar 1 atmosfir. Titik didih normal air adalah 100 oC (Estien, 2006).
3.   Penurunan titik beku
Akibat lain dari turunnya tekanan uap larutan adalah turunnya titik beku. Suhu pada saat larutan mulai membeku pada tekanan luar 1 atm disebut titik beku. Titik beku normal air adalah 0 oC (Estien, 2006).
4.   Tekanan osmotik
Osmosis adalah proses berpindahnya molekul-molekul pelarut dari larutan encer kelarutan yang lebih pekat melalui selaput (membran/penyekat) semipermeabel, yaitu selaput berpori yang hanya dapat dilewati partikel pelarut tetapi tidak dapat dilewati partikel zat terlarut (Estien, 2006).
Suatu larutan yang memiliki tekanan osmosis yang sama seperti cairan tubuh tertentu disebut isotonik (artinya memiliki tonisitas yang sama) dengan cairan tubuh spesifik tersebut. (Ansel, 2004)
Larutan yang memiliki tekanan osmosis lebih rendah daripada cairan tubuh disebut hipotonik, sedangkan yang memiliki tekanan osmosis lebih besar disebut hipertonik. (Ansel, 2004)
Jika air murni didinginkan pada 0oC maka air tersebut akan membeku dan tekanan uap permukaannya sebesar 1 atm, tetapi bila dilarutkan zat terlarut yang sukar menguap seperti gula, maka pada suhu 0oC ternyata larutan belum membeku dan tekanan uap permukaannya lebih kecil dari 1 atm. Supaya larutan membeku, tekanan uap permukaannya harus mencapai 1 atm. Hal ini dapat dicapai bila suhu larutan di turunkan (Estien, 2006).
Setelah tekanan uap mencapai 1 atm, larutan akan membeku. Besarnya titik beku larutan ini lebih rendah dari 0oC atau lebih rendah dari titik beku turunnya titik beku larutan dan titik beku pelarutnya disebut penurunan titik beku ( Tf ). Besarnya Tf larutan juga bergantung pada jumlah partikel terlarut (Estien, 2006).
Sifat koligatif  larutan dibedakan antara dua bagian, yaitu sifat koligatif nonelektrolit dan elektrolit. Bila konsetrasi zat terlarut sama, sifat koligatif larutan elektrolit mempunyai harga lebih besar dari pada sifat koligatif nonelektrolit. Perbandingan antara harga sifat koligatif larutan yang diharapkan suatu larutan nonelektrolit pada konsentrasi (Martin, 1990).
Tonisitas adalah membandingkan tekanan osmosa antara dua cairan yang dipisahkan oleh membrane semipermiabel. Suatu larutan dikatakan isotonis terhadap cairan lainnya bila memiliki tekanan osmosa yang sama. Bila cairan yang satu tekanan osmosanya lebih tinggi daripada yang lain, maka cairan yang lebih tinggi dikatakan hipertonis terhadap yang lebih rendah, sebaliknya cairan yang memiliki tekanan osmosa yang lebih rendah disebut hipotonis terhadap cairan yang lebih tinggi tekanan osmosanya. Tekanan osmosa cairan tubuh, darah, air mata, cairan lumbal sama dengan tekanan osmosa larutan Natrium Klorida 0,9%, penyuntikan atau pemasukan larutan yang tidak isotonis kedalam tubuh dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan (Martin, 1990).
Tonisitas suatu cairan terhadap cairan tubuh dapat dihitung dengan menggunakan beberapa cara yaitu : (Martin, 1990).
1.  Penurunan Titik Beku
Penurunan titik beku suatu larutan bergantung pada jumlah bagian-bagian yang terlarut dalam larutan. Untuk larutan encer penurunan titik beku kira-kira sebanding dengan tekanan osmosa. Jadi penurunan titik beku larutan dapat digunakan untuk mengukur kepekatan larutan, karena makin pekat larutan maka makin tinggi pula penurunan titik bekunya. Penurunan titik beku yang dipakai untuk perhitungan isotonis, berdasarkan anggapan bahwa larutan isotonis mempunyai titik beku yang sama dengan titik beku cairan tubuh. Sedangkan penurunan titik beku darah adalah – 0,520C.
2.  Faktor Disosiasi
Ada tiga faktor yang dipertimbangkan dalam perhitungan dengan cara ini, yaitu :
1.   Persen zat dalam larutan, dinyatakan dalam berat/volume
2.   Berat molekul zat-zat terlarut
3.   Derajat disosiasi zat yang mendekati keadaan sebenarnya


3.  Ekivalen NaCl
Ekivalen dari NaCl (E) adalah gram NaCl yang memberikan tekanan osmosa yang sama dengan 1 gram dari sesuatu zat terlarut tertentu. Contohnya bila harga E untuk amfetaminasulfat 0,20 artinya 1 gram amfetamina sulfat dalam larutan memberikan tekanan osmosa yang sama dengan 0,20 gram NaCl. Tetapan E ini diturunkan oleh Wells dari angka penurunan titk beku molal. Hal ini berdasarkan bahwa penurunan titik beku molal sebanding dengan perbandingan penurunan titik beku zat terlarut dengan kadar molal.
Tonisitas merupakan faktor penting dalam perumusan produk yang ditujukan untuk aplikasi selaput lendir sensitif organ seperti mata, telinga, dan hidung. Pada partikel ini, dilakukan usaha pertama
untuk memperkenalkan tonisitas sehubungan dengan fisiologis
signifikansi, diikuti dengan diskusi tentang fisika dasar tonisitas dan sifat koligatif (James, 2007).
Ada dua teori yang menjelaskan peristiwa osmosis yaitu (Estien, 2006).
1.  Teori Tekanan Uap
Menurut teori ini larutan encer memiliki tekanan uap lebih besar daripada larutan yang lebih pekat. Bila kedua macam larutan ini dipisahkan dengan selaput semipermiabel akan terjadi perpindahan secara bertahap molekul-molekul pelarut dari larutan yang akan memiliki tekanan uap besar (encer) kelarutan yang tekanan uapnya rendah (pekat). Perpindahan ini akan berhenti setelah tercapai kesetimbangan, yaitu bila tekanan uap kedua larutan telah sama.
2.  Teori Kinetika Molekul
Teori ini menjelaskan bahwa setiap molekul suatu larutan maupun gas, diatas suhu absolut 00C selalu dalam keadaan bergerak. Energi gas molekul kimia tersebut dinyatakan sebagai potensial kimia. Didalam system larutan, molekul air bergerak oleh adanya potensial kimia air(potensial air) dan semua zat terlarut bergerak oleh adanya potensial kimia zat terlarut. Pada larutan yang sangat encer, energi gerak atau potensial lairnya dianggap paling besar sedangkan larutan yang pekat potensial airnya rendah. Hal ini disebabkan dalam larutan pekat molekul air banyak berikatan dengan zat terlarut sehingga sedikit yang dapat bergerak. Dengan demikian osmosis pada dasarnya merupakan difusi dari daerah yang memiliki potensial air lebih tingggi ke daerah yang potensial airnya rendah melalui selaput semipermiabel. Difusi ini akan berhenti setelah tercapai keadaan setimbang dimana potensial air kedua larutan telah sama.
B.      Uraian bahan
1.      Aquadest ( Ditjen POM, 1979).
Nama resmi            :   AQUA DESTILLATA
      Nama lain               :   Air Suling
Rumus Molekul       :   H2O
Berat Molekul         :    18,02
Rumus struktur       :   H – O – H
Pemerian             :   Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa
Penyimpanan         :   Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan               :   Sebagai sampel (bersifat hipotonis)
2.      Dekstrosa   (Ditjen POM, 1995).
                                     Nama resmi            :   DEXTROSUM
                                       Nama lain               :   Dekstrosa, Glukosa
    Rumus Molekul       :   C6H12O6
Berat Molekul         :   198,17
      Rumus struktur       :



      Pemerian               :   Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih, tidak berbau, rasa manis.
      Kelarutan               :   Mudah larut dalam air, sanagt mudah larut dalam air mendidih, larut dalam etanol mendidih, sukar larut dalam etanol.
Penyimpanan         :   Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan             :   Sebagai sampel (bersifat hipertonis).
3.      NaCl  ( Ditjen POM, 1979 ).
Nama resmi          :   NATRII CHLORIDUM
Nama lain               :   Natrium Klorida
Rumus Molekul       :   NaCl
Berat Molekul         : 58,44
Rumus Struktur      :   Na – Cl
Pemerian              :        Hablur putih, berbentuk kubus atau berbentuk   prisma, tidak berbau, rasa asin, mantap diudara.
Kelarutan               :   Sangat mudah larut dalam air
Penyimpanan         :   Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan               :    Sebagai sampel (bersifat isotonis).
4.      Kentang (Gembong, 2007).
Regnum                 :   Plantae
Divisi                      :   Magnoliophyta/spermatophyte
Kelas                     :        Magnoliopsida/Dycotyledonae
Subkelas                :   Asteridae
Ordo                      :   Solanales/Tubiflorae (berumbi)
Famili                     :   Solanaceae (berbunga terompet)
Genus                    :   Solanum
Spesies                  :   Solanum tuberosum

C.      Prosedur kerja (Anonim, 2014)
a.   Menghitung jumlah bahan dektrosa yang digunakan
1.   Hitunglah banyaknya dektrosa yang digunakan agar isotonis dengan cairan tubuh, jika akan dibuat larutan dextrose sebanyak 100 mL? (gunakan ketiga metode perhitungan).
2.   Tentukan tonisitas dari 100 mL larutan glukosa 30 %!
3.   Buat larutan dibawah ini :
a.     Larutan NaCl fisiologis
b.     Larutan dektrosa isotonis
c.     Larutan glukosa 30 %
      b. Pengamatan terhadap larutan yang isotonis, hipertonis dan hipotonis.
1. Bersihkan kentang dari kulitnya. Potong kentang dengan ukuran 2 x 1 cm sebanyak 3 potong. Usahakan beratnya sama.
2. Masukkan kentang ke dalam larutan NaCl fisiologis, larutan glukosa 30 % dan aquadest. Biarkan selama 30 menit.
3. Keluarkan dari larutan kemudian letakkan diatas tissue, kemudian timbang, lalu amati.




BAB III
METODE KERJA
A.      Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cutter, gelas kimia 250 mL, gelas ukur 50 mL, penggaris, pinset, talenan, timbangan
B.      Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquadest, kentang, larutan dekstrosa 3 % dan 15 %, larutan NaCl 0,9%.
C.      Cara kerja
Dibersihkan kentang dari kulitnya dan dipotong dengan ukuran 2 x 1 cm sebanyak 3 potong. Diusahakan beratnya sama. Dimasukkan kentang potongan pertama ke dalam larutan dekstrosa 3 %, potongan kedua ke dalam larutan dekstrosa 15 %, dan potongan yang ketiga ke dalam larutan Nacl 0,9 % selama 30 menit. Kemudian dikeluarkan dari larutan dan diletakkan diatas aluminium foil, kemudian ditimbang, lalu diamati.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A.  Tabel pengamatan
1.  Menghitung Bahan Pengisotonis
Larutan
Banyaknya zat ( gram )
NaCl 0,9 %      ( 500 mL )
4,5 gram
Dextrosa 15 % ( 250 mL )
37,5 gram
Dextrosa 3 %   ( 250 mL )
7,5 gram

2.  Pengamatan Kentang terhadap Larutan
Klp
Berat Kentang ( gram )
Sebelum
Sesudah
Isotonis
Hipotonis
 Hipertonis
Isotonis
Hipotonis
 Hipertonis
1
2
3
4
5
3,91
11,15
4,88
2,11
3,86
3,91
11,14
4,86
2,13
    3,86
3,91
11,11
4,88
2,19
3,86
3,94
11,13
4,87
2,06
3,82
4,12
12,22
5,03
2,18
3,90
3,45
10,16
4,35
1,83
3,42



  Klp
Penampakan Morfologi
         Isotonis
Hipotonis
Hipertonis
1
2
3
4
5
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Mengembang
Mengembang

Mengembang

Mengembang

Mengembang
Mengerut
Mengerut
Mengerut
Mengerut
Mengerut






B.      Perhitungan
Pembuatan Bahan Pengisotonis
                           0,9 g
1.     NaCl 0,9 %      =                   x 500 mL = 4,5 g
                          100 mL
                        
                         15 g
2.     Dextrosa 15 % =                   x 250 mL = 37,5 g
                       100 mL
                         3 g
3.     Dextrosa 3 %   =                x 250 mL = 7,5 g
                     100 mL
 

4.     Gramsolute                                      M'
           =  F -    %w/v                     x
100 mL                       x K            K'
                           M



Gramsolute                                                               58,45
             =    0,031 -      0,9 %                x
    100 mL                                   x 2                   2
                                                M
                      
     =      0,031 – 0,0065   x 29,225
     = 0,0245 x 29,225
     = 0,716 gr/100 ml Nacl
C.      Pembahasan
Tonisitas adalah membandingkan tekanan osmosa antara dua cairan yang dipisahkan oleh membran semipermeabel. Suatu larutan dikatakan isotonis terhadap cairan lainnya bila memiliki tekanan osmosa yang sama. Bila cairan yang satu tekanan osmosanya lebih tinggi daripada yang lain, maka cairan yang lebih tinggi dikatakan hipertonis terhadap yang lebih rendah, sebaliknya cairan yang memiliki tekanan osmosa yang lebih rendah disebut hipotonis terhadap cairan yang lebih tinggi tekanan osmosanya.
Penurunan titik beku merupakan penurunan titik beku suatu larutan tergantung pada jumlah bagian-bagian yang terlarut dalam larutan. Untuk larutan encer penurunan titik beku kira-kira sebanding dengan tekanan osmosa. Jadi penurunan titik beku larutan dapat digunakan untuk mengukur kepekatan larutan, karena makin pekat larutan maka makin tinggi pula penurunan titik bekunya. Penurunan titik beku yang dipakai untuk perhitungan isotonis, berdasarkan anggapan bahwa larutan isotonis mempunyai titik beku yang sama dengan titik beku cairan tubuh. Sedangkan penurunan titik beku darah adalah -0,52oC.
Hipotonis merupakan larutan yang konsentrasinya rendah memiliki tekanan osmotik yang rendah. Hipertonis adalah larutan berkonsentrasi tinggi memiliki tekanan osmotik yang tinggi. Dan isotonis adalah tekanan osmotik sama, konsentrasi sama maka antara kedua larutan tidak akan terjadi osmosis).
Pada praktikum tonisitas ini bahan utama yang digunakan adalah kentang. Sebelum kentang dijadikan sampel terlebih dahulu kentang tersebut dibersihkan dan dikupas kulitnya, setelah itu dipotong dengan ukuran 1x2 dengan 3 bagian dan diusahakan agar ketiga potongan tersebut sama besar. Untuk mengetahui apakah beratnya sudah sama, maka setelah pemotongan kentang ditimbang terlebih dahulu.
Untuk kentang potongan pertama dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi larutan NaCl 0,9 %. Selanjutnya, kentang potongan yang kedua dimasukkan juga ke dalam gelas kimia yang berisi larutan dekstrosa 3 %, dan potongan kentang yang ketiga atau yang terakhir dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi dekstrosa 15 % selama 30 menit.
Setelah 30 menit ketiga kentang tersebut diangkat atau dikelurkan dari cairan tersebut  kemudian letakkan di atas aluminium foil, dan timbang kembali dengan menggunakan timbangan analitik, lalu amati perubahan yang terjadi pada ketiga kentang tersebut dan catat. Setelah semuanya selesai terjadi perubahan pada ketiga potongan kentang tersebut. Potongan kentang yang pertama tadi sebelum direndam dengan larutan beratnya adalah 3,86 gram, setelah direndam dengan NaCl 0,9 % beratnya berubah menjadi 3,82 gram dan dalam keadaan tetap, hal ini membuktikan bahwa larutan NaCl isotonis dengan tubuh. Lalu, kentang yang kedua dari berat semula yaitu 3,86 gram menjadi 3,90 gram dengan menggunakan larutan dekstrosa 3 % dan keadaannya pun berubah  menjadi mengembang, hal ini membuktikan terjadinya hipotonis. Sedangkan kentang ketiga atau yang terakhir yang menggunakan dekstrosa 15 % dari berat semula 3,86 gram menjadi 4,42 gram, dan keadaannya pun menjadi berkerut, hal ini merupakan terjadinya hipertonis.
Alasan digunakannya larutan NaCl 0,9 % karena diketahui NaCl merupakan larutan yang isotonis terhdap darah, dalam hal ini mempunyai konsentrasi yang sama antara diluar sel dan didalam sel. Digunakannya larutan dektrosa 15% karena diketahui bahwa larutan glukosa merupakan larutan yang hipertonis dimana jika larutan glukosa dimasukkan dalam sel maka sel tersebut akan mengerut karena tekanan osmosis didalam sel lebih rendah dan tekanan osmosis diluar sel lebih tinggi sehingga cairan dari dalam sel akan menuju luar sel. Digunakannya larutan dektrosa 3% karena diketahui bahwa dektrosa 3% adalah larutan yang hipotonis dimana jika larutan air ini dimasukkan kedalam sel maka sel akan mengembang karena tekanan osmosis di luar sel lebih tinggi dari pada didalam sel, sehingga cairan yang dari luar sel akan masuk kedalam sel dan lama-kelamaan sel akan pecah.
Sehingga dengan menggunakan ketiga larutan tersebut kita dapat mengamati peristiwa isotonis, hipertonis dan hipotonis pada kentang. Digunakannya kentang pada percobaan ini karena kentang memiliki membran semipermeabel.
Dalam bidang farmasi, perhitungan tonisitas digunakan untuk menentukan tonisitas suatu larutan apakah larutan itu isotonis, hipertonis dan hipototonis. 


BAB VI
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang  telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1).  Kentang yang direndam dengan NaCl 0,9% bersifat isotonis, hal ini dikarenakan berat sampel tidak mengalami perubahan yang signifikan yaitu dari 3,86 gram menjadi 3,82 gram.
2).  Kentang yang direndam dengan dektrosa 15% bersifat hipertonis, hal ini dikarenakan berat sampel mengalami penurunan dari 3,86 gram menjadi 3,42 gram.
3).  Kentang yang direndam dengan dektrosa 3% bersifat hipotonis, hal ini dikarenakan berat sampel mengalami kenaikan dari 3,86 gram menjadi 3,90 gram.
B.   SARAN
Sebaiknya dalam praktikum, semua praktikan harus lebih aktif dalam bekerja.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika I. Universitas Muslim Indonesia : Makassar.
Ansel, C. 2004. Kalkulasi Farmasetika. EGC : Jakarta.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen kesehatan   Republik Indonesia : Jakarta.
Martin, Alfred. 1990. Farmasi Fisika I.Penerbit universitas Indonesia : Jakarta.
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Swarbrick, James. 2007. Ensiklopedia Teknologi Farmasi. London : PharmaceuTech, Inc. Pinehurst, Nor  th Carolinia, USA.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2007. Morfologi tumbuhan. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Yazid, Estein. 2005.  Kimia Fisika Untuk Paramedis. Andi : Yogyakarta.


SKEMA KERJA


Dikeluarkan dari larutan dan diletakkan diatas aluminium foil

Ditimbang dan diamati perubahan yang terjadi

Dibiarkan selama 30 menit


Dimasukkan kentang potongan pertama ke dalam larutan dekstrosa 3 %, potongan kedua ke dalam larutan dekstrosa 15 %, dan potongan yang ketiga ke dalam larutan Nacl 0,9 %

Kentang dibersihkan dari kulitnya dan dipotong dengan ukuran 2 x 1 cm sebanyak 3 potong

 














LAMPIRAN





Kentang ditimbang                                kentang yang direndam di dalam larutan NaCl 0,9 %






Kentang yang direndam                               kentang yang direndam
dalam larutan dekstrosa 3 %                      dalam larutan dekstrosa 15 %




Tidak ada komentar:

Posting Komentar